Aku kembali
“Lihat-lihat kalo jalan kawan, pengguna jalan bukan Cuma
anda saja..” celetuk ku pada dua orang pria yang sedang mabok di jalanan.
“Ini jalanan kekuasaan ane genk, ente gak usah bawel kaya
nenek-nenek, hahahahaha…” kedua pria itu hanya meledek enteng padaku.
Tiba-tiba, bruuuukkk…..Gubrakkkk….!
Kedua pria itu pun babak belur ditanganku, tidak segampang
itu berkata denganku kawan, aku menggerutu jengkel dalam hati, dan melanjutkan
perjalananku pulang.
Aku Zian, yang namanya tawuran, berantem, pukul-memukul
baik itu terhadap perempuan sekalipun, hajar- mengahajar, minum, rokok, ketua
geng, bahkan…..hemmm….semua itu sudah menjadi aktivitasku sehari-hari. Orang
tua telah berulang-ulang menasehatiku, tapi tak satupun lekat di telingaku.
Hingga mereka lelah dan tidak tahu harus bagaimana, alhasil aku semakin meraja
lela dengan semua kelakuan ku dan perbuatanku yang kulakukan sesuka hatiku.
Aku sering tinggal sendiri di rumah. Orang tua ku sering
pergikeluar kota dengan adikku yang kecil, dan adik kedua ku yang di bawahku
juga hanya malam di rumah, pagi hingga sore sekolah dan dia pun sering tidak
betah di rumah dan bermalam di rumah teman-temannya. Akhirnya, rumah menjadi
tempatku berpesta pora.
Hampir setiap hari aku pulang membawa wanita ke rumahku, bermalam
sampai pagi. Entah apa saja yang kami lakukan berdua di rumah ku itu. Dan itu
terjadi berulang kali bahkan dengan wanita yang tidak sama.
Pernah suatu waktu aku memiliki pacar. Dia tinggal di
kos-kosan selama SMA. “Sayang..rumahku sering sepi, aku sering sendirian di
rumah, daripada kamu tinggal di kos-kosan lebih baik kamu tinggal saja
bersamaku di rumah, kamu tidak perlu lagi membayar kos setiap bulan”. Menurutku
lebih hemat jika dia tinggal saja di rumahku. “dengan senang hati sayang, tapi
bagaimana dengan keluarga kamu, terutama orang tua kamu?”. “tidak perlu
khawatir, tidak aka nada yang menusuk urusan ku di rumah”, “ jika benar begitu,
aku bersedia yank…”
Tinggallah aku dan pacar ku adel di rumahku dan ketika
keluarga tidak ada di rumah, tentu saja kamu hanya tinggal berdua. Apabila
seorang pria dan wanita tinggal satu rumah dan hanya berdua, tidak perlu di
ekpose lagi hal apa saja yang dilakuakan, yang pasti hal yang paling buruk pun
telah terjadi, dan semuanya terjadi tidak hanya sekali dua kali.
Orang tua ku tak bisa berbuat banyak, saat nasehat tak lagi
berguna untukku. Hingga mereka hanya berpesan,” asal jangan sampai wanita itu
hamil gara-gara kamu”.
Bagaimana bisa menghalangi janin yang tumbuh. Yah…adel
tentu saja hamil. Apakah itu membuat aku ataupun adel menyesal?? Tidak….kami
sepakat menggugurkannya. Orang tua ku tidak tahu menahu mengenai peristiwa ini,
tentu saja kami merahasiakannya. Semua santai saja kulakukan, seolah tak ada
beban apapun yang aku pikul. Aku buta akan dosa yang ku perbuat.
Aku dan pacarku lulus SMA, dan kami sama-sama melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, namun di tempat yang berbeda. Tibalah saatnya
aku dan adel LDR. Kami tetap komunikasi dengan baik.
Tempat baru, lingkungan baru, suasana baru, orang-orang
baru. Semua serba baru di hadapanku. Ku mulai kuliah ku dengan..yaahhh…sama
seperti yang lainnya, seolah pintu gerbang terbuka untuk hal-hal yang baru.
Berkenalan dengan teman baru, cerita baru, pengalaman baru, dan mendapatkan
pengarahan dengan senior.
Sesekali aku berjalan keliling gedung jurusan ku,di kampus
ini aku mengambil jurusan fisika. Hhhmmm….tanpa sadar aku terpaku melihat
sekumpulan pria yang aku tidak tau apa yangmereka lakukan dan bicarakan disana.
Karena penasaran, tanpa fikir panjang aku melangkahkan kaki ku kesana dan ikut
bergabung. “Oh..ternyata ada siraman rohani disini, baiklah..malu jika harus
beranjak pergi lagi”, fikirku.
Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 58 yang
artinya,
“Atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab,
‘sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang
berbuat baik’”.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Palingkan
pandanganmu, karena engkau di maafkan untuk yang pertama dan tidak untuk yang
kedua.
Allah SWT berfirman dalam surat An-nur ayat 31-32 yang
artinya,
“Katakanlah kepada lelak yang beriman, ‘Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa ynag mereka perbuat’. Dan
katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan
mereka, dan memeliha kemaluan mereka…’.”
“Baiklah Ikhwanifillah sekian dulu kajian kita minggu ini,
semoga ilmu yang kita perolah dapat kita amalkan dan menambah ibadah kita
kepada Allah Azza wa jalla. Amin ya Rabb. Syukron Katsir, Wassalamu’alaikum,
wr. Wb”
Itulah akhir dari pertemuan yang ku hadiri dan sekaligus
penutup dari MC kajian tersebut.
Saat-saat pertama
kuliah, tidak ada materi serius dalam perkuliahan, hanya perkenalan dan
peraturan kontrak dengan dosen mata kuliah saja. Akhirnya karena aku merasa
tidak ada urusan lagi di kampus, akupun memutuskan untuk pulang saja. Dalam
perjalanan pulang aku teringat dengan kata-kata yang di sampaikan pemateri pada
kajian tadi.pada surat Az-zumar yang di samapikan tadi…hhhmmm timbul rasa takut
dalam hatiku, bagaimana kelak jika akulah salah satu dari golongan yang di
katakana dalam surat tersebut. Sangat tidak terbayang penyesalannya.
Sepanjang perjalanan pulang aku melihat deretan lelaki
berjalan menuju mesjid untuk melaksanakan sholat zuhur, ada pula yang jalan
berkelompok seperti mereka sudah janjian untuk jalan ke mesjid. Sejuk hatiku
melihatnya, seperti ingin turut bergabung. “Mengapa tidak bergabung saja” kata
hatiku.
Yah…aku
putar motor ku kearah mesjid yang hendak ku tuju. Aku bergabung dengan
sekelompok lelaki yang kulihat tadi. Awalnya aku minder sendiri karna takut di
bilang SK SD. Tapi ternyata dugaanku salah, mereka menyambut sapaanku dengan
ramah sekali. Wah..aku tidak salah pilih memilih singgah sebentar dan sholat
disini.
Selepas
melaksanakan sholat, aku tidak langsung pulang. Begitu pula dengan teman-teman
baruku tadi. “Assalamu’alaikum akhi, mahasiswa baru ya disini?” salah seorang
teman bernama Furqon memulai perbincangan, kebetulan kami sudah perkenalan
ketika sebelum melaksanakan sholat zuhur tadi. “Wa’alaikumsalam akhi,
benar..bagaimana akhi tahu?”. “tentu saja ana tahu, saya hampir setiap hari
sholat di mesjid ini, dan sepertinya akhi baru datang ke mesjid ini, benar
begitu?”. “benar akhi, apakah akhi ini senior? Sudah di tingkat berapa akhi?”,
tanyaku pada pria ramah itu. “ana sudah di semester 7 akh, hmm apakah akhi
sudah berkeluarga?”, pertanyaan yang sedikit mengagetkanku. “Tentu saja belum
akhi, ana masih di semester awal, belum berani melangkah sejauh itu, lagi pula
mana ada wanita yang mau dengan pria yang belum mapan seperti ana”. Aku
mejelaskan dengan tersipu malu dan merendah diri.
“ehem,,,haha…”
Pria itu tertawa kecil dan menepuk bahuku setelah itu diam sejenak. Aku
menebak-nebak apa yang ada di fikirannya dan apa kira-kira yang akan ia
sampaikan padaku. Kemudian ia lanjut pembicaraanya, “Akhi tahu….ana menikah
ketika usia di semester 3”.
Glekk….! Aku tersentak sekali mendengar penjelasannya yang
begitu santai seperti tidak ada beban. “oh ya…! Bagaimana bisa akhi? Di
jodohkan?”. “Tentu saja tidak, waktu itu saya jatuh cinta, karena saya tidak
berani pacaran dan takut wanita itu kan di ambil orang, maka saya melamarnya.
Tentu saja dengan berbagai tantangan yang harus di hadapi. Harus mendapatkan
persetujuan orang tua wanita itu dan juga orang tua ana”. “Lalu bagamana akhi
mendapatkan itu semua?” lanjutku. “tidak mudah memang, karena ana dan wanita
yang aka nana persunting itu masih terbilang sangatlah muda. Ana berusaha
meyakinkan kedua orang tua bahwa ana akan merancang segala sesuatunya untuk
mandiri, ana tidak akan menyia-nyiakan orang yang ana cintai. Dalam islam juga
orang tua wajib menikahkan anaknya jika si anak tersebut telah ingin di
nikahkan. Dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya kamu pun mendapat restu dan
kami menikah.” Furqon menceritakan kisah nya dengan hiasan senyum di bibirnya,
seperti itu kenangan manis yang dialaminya.
“Lalu, bagaimana wanita itu menerima lamaran akhi? Apakah
ia juga mnecintai akhi?” aku sangat menikmati sekali mendengar cerita furqon.
“hehemm…” lagi-lagi ia tertawa kecil. “mungkin itulah yang di sebut dengan
jodoh. Ana mengetahui dia mencintaiku saat setelah kami resmi menjadi suami
istri. Istri saya bercerita bahwa seminggu sebelum ana melamarnya, ia bermimpi
di khitbah oleh seorang ihkwan tiga kali berturut-turut. Melalui mimpi itu, dia
telah jatuh cinta pada pria yang mengkhitbahnya. Makanya ketika seminggu
setelah mimpi itu berlalu ana dating melamar, ia pun menerima lamaran saya.
Subhanallah kan…!”
Aku tercengang sekali mendengar cerita furqon. Bisa
seseorang jatuh cinta dan melihatnya, dan bisa seseorang memutuskan untuk
melamar sebelum perkenalan lebih jauh dahulu. “Apakah akhi dan istri merasa
bahagia?” lanjut ku. “apakah setiap detik ana bercerita tadi ada terlihat raut
wajah kesedihan ataupu penyealan?”…Aku menggeleng. “Nah…berarti antum sudah
tahu jawabannya kan..?”…Aku tertawa sambil menundukkan kepalaku.
“Akhi Zyan, Wanita bahagia adalah yang mendapatkan seorang
suaami yang dicintainya dan ia pun mencintai dirinya. Sebaik-baik yang
diperoleh laki-laki-setelah ketakwaan kepada Allah- adlah wanita cantik. Dan
wanita cantik adalah yang setia, yangbisa menjaga dir dan yang menyayangi”,
“waaahh”, aku terheboh dalam hati..aku salut sekali pada furqon. “Jadi akhi,
ketika jatuh cinta nanti, khitbah saja..keburu di ambil orang hehehe”, furqon
menggodaku. “Bisa saja akhi, do’akan saja jodohnya dekat”, “Amin ya Robb”, serempak
aku dan furqon mengaminkan do’a yang kami harapkan.
Terasa
lama aku dan furqon berbincang, akhirnya kami pun mengakhiri obrolan kami dan
kembali pulang ke kediaman kami masing-masing. Aku merasa sangat akrab sekali
dengan furqon, padahal kami baru saja berkenalan. Aku jadi sering ke mesjid itu
bersama furqon. Bahkan jika kami memiliki waktu yang panjang, kaami sering
berdisskusi mengenai islam. Aku banyak belajar dan menerima ilmu agamanya
bersamanya. Bersyukur Allah SWT mempertemukan aku dengannya.
Mungkin,
sudah saatnya aku kembali. Kembali pada fitrahku sebagai manusia yakni manusia
yang baik, yang di lahirkan suci, yang di ciptakan hanya untuk menyembah Allah
SWT. Furqon banyak mengingatkan aku, meyakinkan aku bahwa Allah meluaskan
ampuna bagi hambanya yang mau kembali.
Dalam
muhasabahku, tak dapat ku bendung air mataku. Entah kapan terakhir kalinya aku
menangis, apalagi menangisi dosa-dosa ku yang entah sudah berapa banyak.
Sebelum terlalu terlambat ya Allah..Aku Kembali Pada-MU…Terimalah taubatku ya
RABB….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar