cliuqe

cliuqe
anywhere

Kamis, 31 Januari 2013

Cerpen-Aku Kembali


Aku kembali
“Lihat-lihat kalo jalan kawan, pengguna jalan bukan Cuma anda saja..” celetuk ku pada dua orang pria yang sedang mabok di jalanan.
“Ini jalanan kekuasaan ane genk, ente gak usah bawel kaya nenek-nenek, hahahahaha…” kedua pria itu hanya meledek enteng padaku.
Tiba-tiba, bruuuukkk…..Gubrakkkk….!
Kedua pria itu pun babak belur ditanganku, tidak segampang itu berkata denganku kawan, aku menggerutu jengkel dalam hati, dan melanjutkan perjalananku pulang.
Aku Zian, yang namanya tawuran, berantem, pukul-memukul baik itu terhadap perempuan sekalipun, hajar- mengahajar, minum, rokok, ketua geng, bahkan…..hemmm….semua itu sudah menjadi aktivitasku sehari-hari. Orang tua telah berulang-ulang menasehatiku, tapi tak satupun lekat di telingaku. Hingga mereka lelah dan tidak tahu harus bagaimana, alhasil aku semakin meraja lela dengan semua kelakuan ku dan perbuatanku yang kulakukan sesuka hatiku.
Aku sering tinggal sendiri di rumah. Orang tua ku sering pergikeluar kota dengan adikku yang kecil, dan adik kedua ku yang di bawahku juga hanya malam di rumah, pagi hingga sore sekolah dan dia pun sering tidak betah di rumah dan bermalam di rumah teman-temannya. Akhirnya, rumah menjadi tempatku berpesta pora.
Hampir setiap hari aku pulang membawa wanita ke rumahku, bermalam sampai pagi. Entah apa saja yang kami lakukan berdua di rumah ku itu. Dan itu terjadi berulang kali bahkan dengan wanita yang tidak sama.
Pernah suatu waktu aku memiliki pacar. Dia tinggal di kos-kosan selama SMA. “Sayang..rumahku sering sepi, aku sering sendirian di rumah, daripada kamu tinggal di kos-kosan lebih baik kamu tinggal saja bersamaku di rumah, kamu tidak perlu lagi membayar kos setiap bulan”. Menurutku lebih hemat jika dia tinggal saja di rumahku. “dengan senang hati sayang, tapi bagaimana dengan keluarga kamu, terutama orang tua kamu?”. “tidak perlu khawatir, tidak aka nada yang menusuk urusan ku di rumah”, “ jika benar begitu, aku bersedia yank…”
Tinggallah aku dan pacar ku adel di rumahku dan ketika keluarga tidak ada di rumah, tentu saja kamu hanya tinggal berdua. Apabila seorang pria dan wanita tinggal satu rumah dan hanya berdua, tidak perlu di ekpose lagi hal apa saja yang dilakuakan, yang pasti hal yang paling buruk pun telah terjadi, dan semuanya terjadi tidak hanya sekali dua kali.
Orang tua ku tak bisa berbuat banyak, saat nasehat tak lagi berguna untukku. Hingga mereka hanya berpesan,” asal jangan sampai wanita itu hamil gara-gara kamu”.
Bagaimana bisa menghalangi janin yang tumbuh. Yah…adel tentu saja hamil. Apakah itu membuat aku ataupun adel menyesal?? Tidak….kami sepakat menggugurkannya. Orang tua ku tidak tahu menahu mengenai peristiwa ini, tentu saja kami merahasiakannya. Semua santai saja kulakukan, seolah tak ada beban apapun yang aku pikul. Aku buta akan dosa yang ku perbuat.
Aku dan pacarku lulus SMA, dan kami sama-sama melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun di tempat yang berbeda. Tibalah saatnya aku dan adel LDR. Kami tetap komunikasi dengan baik.
Tempat baru, lingkungan baru, suasana baru, orang-orang baru. Semua serba baru di hadapanku. Ku mulai kuliah ku dengan..yaahhh…sama seperti yang lainnya, seolah pintu gerbang terbuka untuk hal-hal yang baru. Berkenalan dengan teman baru, cerita baru, pengalaman baru, dan mendapatkan pengarahan dengan senior.
Sesekali aku berjalan keliling gedung jurusan ku,di kampus ini aku mengambil jurusan fisika. Hhhmmm….tanpa sadar aku terpaku melihat sekumpulan pria yang aku tidak tau apa yangmereka lakukan dan bicarakan disana. Karena penasaran, tanpa fikir panjang aku melangkahkan kaki ku kesana dan ikut bergabung. “Oh..ternyata ada siraman rohani disini, baiklah..malu jika harus beranjak pergi lagi”, fikirku.
Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 58 yang artinya,
“Atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, ‘sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik’”.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Palingkan pandanganmu, karena engkau di maafkan untuk yang pertama dan tidak untuk yang kedua.
Allah SWT berfirman dalam surat An-nur ayat 31-32 yang artinya,
“Katakanlah kepada lelak yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa ynag mereka perbuat’. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memeliha kemaluan mereka…’.”
“Baiklah Ikhwanifillah sekian dulu kajian kita minggu ini, semoga ilmu yang kita perolah dapat kita amalkan dan menambah ibadah kita kepada Allah Azza wa jalla. Amin ya Rabb. Syukron Katsir, Wassalamu’alaikum, wr. Wb”
Itulah akhir dari pertemuan yang ku hadiri dan sekaligus penutup dari MC kajian tersebut.
Saat-saat pertama kuliah, tidak ada materi serius dalam perkuliahan, hanya perkenalan dan peraturan kontrak dengan dosen mata kuliah saja. Akhirnya karena aku merasa tidak ada urusan lagi di kampus, akupun memutuskan untuk pulang saja. Dalam perjalanan pulang aku teringat dengan kata-kata yang di sampaikan pemateri pada kajian tadi.pada surat Az-zumar yang di samapikan tadi…hhhmmm timbul rasa takut dalam hatiku, bagaimana kelak jika akulah salah satu dari golongan yang di katakana dalam surat tersebut. Sangat tidak terbayang penyesalannya.
Sepanjang perjalanan pulang aku melihat deretan lelaki berjalan menuju mesjid untuk melaksanakan sholat zuhur, ada pula yang jalan berkelompok seperti mereka sudah janjian untuk jalan ke mesjid. Sejuk hatiku melihatnya, seperti ingin turut bergabung. “Mengapa tidak bergabung saja” kata hatiku.
                Yah…aku putar motor ku kearah mesjid yang hendak ku tuju. Aku bergabung dengan sekelompok lelaki yang kulihat tadi. Awalnya aku minder sendiri karna takut di bilang SK SD. Tapi ternyata dugaanku salah, mereka menyambut sapaanku dengan ramah sekali. Wah..aku tidak salah pilih memilih singgah sebentar dan sholat disini.
                Selepas melaksanakan sholat, aku tidak langsung pulang. Begitu pula dengan teman-teman baruku tadi. “Assalamu’alaikum akhi, mahasiswa baru ya disini?” salah seorang teman bernama Furqon memulai perbincangan, kebetulan kami sudah perkenalan ketika sebelum melaksanakan sholat zuhur tadi. “Wa’alaikumsalam akhi, benar..bagaimana akhi tahu?”. “tentu saja ana tahu, saya hampir setiap hari sholat di mesjid ini, dan sepertinya akhi baru datang ke mesjid ini, benar begitu?”. “benar akhi, apakah akhi ini senior? Sudah di tingkat berapa akhi?”, tanyaku pada pria ramah itu. “ana sudah di semester 7 akh, hmm apakah akhi sudah berkeluarga?”, pertanyaan yang sedikit mengagetkanku. “Tentu saja belum akhi, ana masih di semester awal, belum berani melangkah sejauh itu, lagi pula mana ada wanita yang mau dengan pria yang belum mapan seperti ana”. Aku mejelaskan dengan tersipu malu dan merendah diri.
                “ehem,,,haha…” Pria itu tertawa kecil dan menepuk bahuku setelah itu diam sejenak. Aku menebak-nebak apa yang ada di fikirannya dan apa kira-kira yang akan ia sampaikan padaku. Kemudian ia lanjut pembicaraanya, “Akhi tahu….ana menikah ketika usia di semester 3”.
Glekk….! Aku tersentak sekali mendengar penjelasannya yang begitu santai seperti tidak ada beban. “oh ya…! Bagaimana bisa akhi? Di jodohkan?”. “Tentu saja tidak, waktu itu saya jatuh cinta, karena saya tidak berani pacaran dan takut wanita itu kan di ambil orang, maka saya melamarnya. Tentu saja dengan berbagai tantangan yang harus di hadapi. Harus mendapatkan persetujuan orang tua wanita itu dan juga orang tua ana”. “Lalu bagamana akhi mendapatkan itu semua?” lanjutku. “tidak mudah memang, karena ana dan wanita yang aka nana persunting itu masih terbilang sangatlah muda. Ana berusaha meyakinkan kedua orang tua bahwa ana akan merancang segala sesuatunya untuk mandiri, ana tidak akan menyia-nyiakan orang yang ana cintai. Dalam islam juga orang tua wajib menikahkan anaknya jika si anak tersebut telah ingin di nikahkan. Dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya kamu pun mendapat restu dan kami menikah.” Furqon menceritakan kisah nya dengan hiasan senyum di bibirnya, seperti itu kenangan manis yang dialaminya.
“Lalu, bagaimana wanita itu menerima lamaran akhi? Apakah ia juga mnecintai akhi?” aku sangat menikmati sekali mendengar cerita furqon. “hehemm…” lagi-lagi ia tertawa kecil. “mungkin itulah yang di sebut dengan jodoh. Ana mengetahui dia mencintaiku saat setelah kami resmi menjadi suami istri. Istri saya bercerita bahwa seminggu sebelum ana melamarnya, ia bermimpi di khitbah oleh seorang ihkwan tiga kali berturut-turut. Melalui mimpi itu, dia telah jatuh cinta pada pria yang mengkhitbahnya. Makanya ketika seminggu setelah mimpi itu berlalu ana dating melamar, ia pun menerima lamaran saya. Subhanallah kan…!”
Aku tercengang sekali mendengar cerita furqon. Bisa seseorang jatuh cinta dan melihatnya, dan bisa seseorang memutuskan untuk melamar sebelum perkenalan lebih jauh dahulu. “Apakah akhi dan istri merasa bahagia?” lanjut ku. “apakah setiap detik ana bercerita tadi ada terlihat raut wajah kesedihan ataupu penyealan?”…Aku menggeleng. “Nah…berarti antum sudah tahu jawabannya kan..?”…Aku tertawa sambil menundukkan kepalaku.
“Akhi Zyan, Wanita bahagia adalah yang mendapatkan seorang suaami yang dicintainya dan ia pun mencintai dirinya. Sebaik-baik yang diperoleh laki-laki-setelah ketakwaan kepada Allah- adlah wanita cantik. Dan wanita cantik adalah yang setia, yangbisa menjaga dir dan yang menyayangi”, “waaahh”, aku terheboh dalam hati..aku salut sekali pada furqon. “Jadi akhi, ketika jatuh cinta nanti, khitbah saja..keburu di ambil orang hehehe”, furqon menggodaku. “Bisa saja akhi, do’akan saja jodohnya dekat”, “Amin ya Robb”, serempak aku dan furqon mengaminkan do’a yang kami harapkan.
                Terasa lama aku dan furqon berbincang, akhirnya kami pun mengakhiri obrolan kami dan kembali pulang ke kediaman kami masing-masing. Aku merasa sangat akrab sekali dengan furqon, padahal kami baru saja berkenalan. Aku jadi sering ke mesjid itu bersama furqon. Bahkan jika kami memiliki waktu yang panjang, kaami sering berdisskusi mengenai islam. Aku banyak belajar dan menerima ilmu agamanya bersamanya. Bersyukur Allah SWT mempertemukan aku dengannya.
                Mungkin, sudah saatnya aku kembali. Kembali pada fitrahku sebagai manusia yakni manusia yang baik, yang di lahirkan suci, yang di ciptakan hanya untuk menyembah Allah SWT. Furqon banyak mengingatkan aku, meyakinkan aku bahwa Allah meluaskan ampuna bagi hambanya yang mau kembali.
                Dalam muhasabahku, tak dapat ku bendung air mataku. Entah kapan terakhir kalinya aku menangis, apalagi menangisi dosa-dosa ku yang entah sudah berapa banyak. Sebelum terlalu terlambat ya Allah..Aku Kembali Pada-MU…Terimalah taubatku ya RABB….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar